Proses Regenerasi Balian Bawo Pada Masyarakat Hindu Kaharingan Dayak Malang di Desa Nihan Hilir (Perspektif Pendidikan Hindu)
Abstract
Regenerasi balian bawo pada masyarakat Hindu Kaharingan Dayak Malang di Desa Nihan Hilir dikaji berdasarkan keunikan juga karena regenerasi balian bawo tidak lancar dan tidak berjalan dengan baik. Rumusan masalah penelitian ini ialah (1) proses regenerasi balian bawo pada masyarakat Hindu Kaharingan Dayak Malang; (2) implikasi proses regenerasi balian bawo pada masyarakat Hindu Kaharingan Dayak Malang; (3) nilai–nilai pendidikan dalam proses regenerasi balian bawo bagi masyarakat Hindu Kaharingan Dayak Malang di Desa Nihan Hilir dalam perspektif pendidikan Hindu. Teori yang digunakan untuk menganalisis adalah teori fenomenologi dan teori konstruktivisme.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan berlokasi di Desa Nihan Hilir. Sumber datanya terdiri atas data primer dan data sekunder dengan peneliti sebagai instrumen utama penelitian. Penentuan informan menggunakan teknik purposive. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Tahap penelitian terdiri atas pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) menjadi balian bawo merupakan keinginan diri sendiri, langkahnya dimulai dari mencari balian tuha sebagai guru, ngawit ngapar, yaitu menerima transfer ilmu balian, batumang/ngayak ngajun, yaitu proses peneguhan dan penguatan menjadi balian bawo dan suntutus atau mencatat atau minta penjelasan kembali terkait dengan materi ilmu balian; (2) implikasi proses regenerasi balian bawo ialah (1) implikasi positif yang terdiri atas tersedianya regenerasi balian bawo, pelestarian balian bawo, terjaganya pengobatan tradisional, terjaganya upacara balian bawo, dan adanya pimpinan ritual agama; (b) konsekuensi balian bawo, yaitu adanya keterikatan dan pantangan serta banyak menyita waktu dan biaya; (3) nilai-nilai pendidikan regenerasi dalam proses regenerasi balian bawo terdiri atas nilai religius berupa nilai keimanan dan keyakinan; nilai etika terkait dengan pantas dan tidak pantas untuk dilakukan; nilai estetika berupa nilai keindahan dan seni dalam pelaksanaan ritual balian bawo; nilai spiritual berupa nilai kejiwaan dan rohani yang harus dimiliki oleh seorang balian bawo; nilai sosial, yaitu nilai-nilai kebersamaan dan gotong-royong dan kedisiplinan berupa nilai ketaatan terhadap profesi yang dijalankan.
References
Astawa, I. N. (2019). CATUR GURU DALAM PEMAKNAAN HARI SUCI SARASWATI PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN HINDU. Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama Dan Budaya Hindu, 8(2), 28-39. https://doi.org/10.33363/ba.v8i2.294
Astawa, I. N. (2019). Hari Suci Galungan: Transformasi Nilai-Nilai Pendidikan Hindu Dalam Meningkatkan Sradha dan Bhakti Umat Hindu. Tampung Penyang: Jurnal Agama Hindu, 7(2), 33-40.
Astawa, I. N. (2019). Astawa, I. N. (2019). Nilai Pendidikan dan Ritual Dalam Lontar Bacakan Banten Pati Urip. Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama Dan Budaya Hindu, 7(12), 18-28.